Sabtu, 25 Juni 2011

renungan kematian

Teman-teman sekalian!
Pada zaman ini dan akhir-akhir ini banyak sekali manusia yang lupa akan kehidupan setelah mati, mereka merasa akan hidup selamanya di dunia dan setelah mati tidak akan ada kehidupan lagi, padahal kehidupan akherat yang lebih kekal. Mereka berjalan diatas bumi ini dengan bergembira dan bersifat foya-foya serta tidak memikirkan sesama, ada yang berbuat kejahatan dengan perasaan, hati tenang tanpa merasa bersalah sedikitpun, mereka inilah menusia-manusia yang tertipu oleh daya pikat dunia, sehingga mereka menambal dunia dengan mengoyak akhiratnya dengan menghamburkan kesempatan demi kenikmatan yang fana serta melupakan peristiwa dahsyat di hari yang berat dikemudian hari. Na’udzubillah…………………..
“seandainya dunia adalah emas yang akan sirna, dan akhirat hanyalah tembikar, tetapi akan kekal maka kita pasti akan memilih yang kekal daripada yang fana”
Dunia tidak diciptakan sebagai tujuan, tetapi sebagai tempat berjalan bagi manusia atau sebagai perantara untuk sampai pada Allah swt. Makna kezuhudan kita pada dunia adalah dengan berpaling dari dunia. Zuhud mempunyai contoh dan hakikat. Contoh zuhud, antara lain; mencukupkan dan membatasi diri dari aneka ragaman makanan, pakaian dan perhiasan. Inilah yang dulu dilakukan Rasulullah dan sebagian besar sahabat beliau. Namun, ini bukan inti sebenarnya. Zuhud tidak lebih sebagai cara untuk membersihkan hati sifat keduniawian.
Teman-teman sekalian!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Dengan demikian hakikat zuhud adalah kesamaan pandangan, dan sikap antara peneriamaan dan berpalingnya manusia terhadap dunia. Tidak berbeda baginya antara ada dan tidak adanya kebahagiaan dunia dihadapannya. 
Seperti yang sama-sama kita ketahui diawal apa itu makna zuhud, maka zahid adalah orang yang melakukan zuhud tersebut. Zahid akan merasa sama saat memakai baju seharga seratus ribu atau yang hanya sepuluh ribu. Jika hati dan perasaanya sama tatkala memiliki uang atau tidak memiliki sama sekali, maka dialah zahid yang sebenarnya.
Jadi seorang zahid tidak harus miskin sebaliknya orang yang tidak punya harta belum tentu zahid. Terkadang seseorang tergolong fakir, tetapi dalam pandangan Allah termasuk ahli dunia karena otaknya hanya memikirkan dan mengharap dunia, mengahsut orang lain yang dikarunia rezeki, membenci dan mendengki, terkadang ada juga seseorang mempunyai harta banyak tetapi itu tidak membuatnya lupa. Bahkan, dia menafkahkannya dijalan Allah, menyedahkannya dalam kebaikan, atau menggunakannya untuk kepentingan agama.
Untuk itu teman-teman, mudah-mudahan kita semua dapat merenung dengan semua ini dan semoga pidato singkat saya ini bisa bermanfaat, khususnya buat saya pribadi dan umumnya buat teman-teman yang ada disini.
“jangan melihat siapa yang mengatakan tapi lihat apa yang dikatakan”
Kurang lebihnya mohon maaf, billahi taufik wal hidayah. Wassalamu’alaikum Wr. Wb


ria rohimawati