Sabtu, 25 Juni 2011

renungan kematian

Teman-teman sekalian!
Pada zaman ini dan akhir-akhir ini banyak sekali manusia yang lupa akan kehidupan setelah mati, mereka merasa akan hidup selamanya di dunia dan setelah mati tidak akan ada kehidupan lagi, padahal kehidupan akherat yang lebih kekal. Mereka berjalan diatas bumi ini dengan bergembira dan bersifat foya-foya serta tidak memikirkan sesama, ada yang berbuat kejahatan dengan perasaan, hati tenang tanpa merasa bersalah sedikitpun, mereka inilah menusia-manusia yang tertipu oleh daya pikat dunia, sehingga mereka menambal dunia dengan mengoyak akhiratnya dengan menghamburkan kesempatan demi kenikmatan yang fana serta melupakan peristiwa dahsyat di hari yang berat dikemudian hari. Na’udzubillah…………………..
“seandainya dunia adalah emas yang akan sirna, dan akhirat hanyalah tembikar, tetapi akan kekal maka kita pasti akan memilih yang kekal daripada yang fana”
Dunia tidak diciptakan sebagai tujuan, tetapi sebagai tempat berjalan bagi manusia atau sebagai perantara untuk sampai pada Allah swt. Makna kezuhudan kita pada dunia adalah dengan berpaling dari dunia. Zuhud mempunyai contoh dan hakikat. Contoh zuhud, antara lain; mencukupkan dan membatasi diri dari aneka ragaman makanan, pakaian dan perhiasan. Inilah yang dulu dilakukan Rasulullah dan sebagian besar sahabat beliau. Namun, ini bukan inti sebenarnya. Zuhud tidak lebih sebagai cara untuk membersihkan hati sifat keduniawian.
Teman-teman sekalian!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Dengan demikian hakikat zuhud adalah kesamaan pandangan, dan sikap antara peneriamaan dan berpalingnya manusia terhadap dunia. Tidak berbeda baginya antara ada dan tidak adanya kebahagiaan dunia dihadapannya. 
Seperti yang sama-sama kita ketahui diawal apa itu makna zuhud, maka zahid adalah orang yang melakukan zuhud tersebut. Zahid akan merasa sama saat memakai baju seharga seratus ribu atau yang hanya sepuluh ribu. Jika hati dan perasaanya sama tatkala memiliki uang atau tidak memiliki sama sekali, maka dialah zahid yang sebenarnya.
Jadi seorang zahid tidak harus miskin sebaliknya orang yang tidak punya harta belum tentu zahid. Terkadang seseorang tergolong fakir, tetapi dalam pandangan Allah termasuk ahli dunia karena otaknya hanya memikirkan dan mengharap dunia, mengahsut orang lain yang dikarunia rezeki, membenci dan mendengki, terkadang ada juga seseorang mempunyai harta banyak tetapi itu tidak membuatnya lupa. Bahkan, dia menafkahkannya dijalan Allah, menyedahkannya dalam kebaikan, atau menggunakannya untuk kepentingan agama.
Untuk itu teman-teman, mudah-mudahan kita semua dapat merenung dengan semua ini dan semoga pidato singkat saya ini bisa bermanfaat, khususnya buat saya pribadi dan umumnya buat teman-teman yang ada disini.
“jangan melihat siapa yang mengatakan tapi lihat apa yang dikatakan”
Kurang lebihnya mohon maaf, billahi taufik wal hidayah. Wassalamu’alaikum Wr. Wb


ria rohimawati

Senin, 20 Juni 2011

peran sosial santri

Pondok Pesantren adalah merupakan sistem pendidikan khas yang mempunyai tujuan untuk membentuk seorang Mukmin Muslim yang senantiasa taat dalam melaksanakan perintah agama serta menguasai ilmu tentang tata cara dalam melaksanakan perintah agama tersebut. Hal ini adalah sebagai perwujudan dalam upaya menyempurnakan fitrah manusia sebagai hamba Allah SWT di bumiNYA.

Pondok Pesantren juga berusaha untukencetak para peserta didiknya menjadi insan yang mandiri, yang berguna dan bermanfaat bagi masyarakat dan kelompoknya, dimanapun dia berada, dan disektor apapun dia berkarya dan bekerja. Hal ini juga berkaitan dengan tugasnya sebagai pelaksana dan pencipta kemakmuran di Bumi Allah, yang senantiasa membuat kebaikan dan kemanfaatan bagi ummat dan lingkungan disekitarnya.
Missi lain Pondok Pesantren adalah membentuk manusia yang mampu berbuat kebajikan untuk tujuan amar makruf dan nahi munkar. Sosok yang diharapkan adalah sosok figur yang peka terhadap apa yang terjadi di masyarakat, serta mempunyai kemampuan dan kemauan untuk merubah hal yang tidak baik di masyarakat yang bersangkutan, sehingga tercipta keadilan, keamanan dan ketertiban di masyarakatnya.
Pendidikan Integral Pesantren
Pondok Pesantren adalah merupakan sistem pendidikan yang mempunyai ciri khas tersendiri. Pondok Pesantren menerapkan sistem pendidikan yang integral yang memadukan antara pendidikan dan pengajaran. Hal ini berkenaan dengan pendidikan agama yang merupakan ciri khas Pondok Pesantren. Berbeda dengan pendidikan lain, pendidikan agama membutuhkan suatu proses yang holistik yang tidak hanya mengutamakan transfer pengetahuan, tapi lebih dari itu juga menanamkan nilai-nilai agama tersebut dalam perilaku sehari-hari, sehingga santri yang bersangkutan bisa membiasakan diri dalam kehidupan yang bernuansa keagamaan yang kental.
Bersamaan dengan sifat ilmu agama yang kompleks maka juga dibutuhkan suatu proses yang panjang yang melibatkan interaksi yang sangat inten antara santri sebagai orang yang menginginkan pendidikan agama yang paripurna, dengan Kyai dan ustads sebagai orang yang dipercayai santri sebagai orang yang mampu mengantarkannya bertransformasi ke dalam suatu identitas baru yang diidamkan lingkungan tersebut.
Sifat proses yang panjang dan intens ini membutuhkan suatu hubungan yang bersifat khusus antara Kyai/Ustad dan santri. Sifat khusus ini adalah berupa kepatuhan yang hampir tanpa reserve dari seorang santri terhadap apa yang telah digariskan Kyai, khususnya dalam masalah-masalah keagamaan. Hal ini dengan didasari keyakinan bahwa segala apa yang digariskan Kyai (baik secara langsung atau tidak) adalah semata-mata untuk kebaikan santri yang bersangkutan, baik dalam kaitannya dengan proses pendidikan agama maupun dalam kaitannya dengan kesempurnaan identitasnya menuju manusia yang paripurna.
Hubungan antara Kyai dan santri tidak hanya sebatas pada hubungan fisikal saja, tapi lebih daripada itu hubungan ini diwarnai oleh hubungan batin yang mendalam antara Kyai dan santri. Dalam tradisi Pondok Pesantren dikenal konsep barokah, yaitu suatu kebahagiaan dan kenikmatan ruhaniah yang merupakan anugerah dari Allah berupa suatu nilai tambah dari apa yang telah diperolehnya di Pondok Pesantren. Hal ini bisa berupa kehidupan yang bahagia, rezeki yang lancar, ilmu yang manfaat dan kemampuan berperan di masyarakat dalam berbagai bidang kehidupan. Barakah datangnya dari Allah SWT. yang disebabkan oleh kepatuhan dan giatnya seorang santri selama di Pondok Pesantren dalam mengikuti seluruh proses pendidikan dan ketaatannya dalam mengikuti petunjuk dan aturan dari Kyainya
Peran Sosial Santri
Peran sosial adalah peran yang dimainkan seseorang dalam lingkungan sosialnya. Peran ini adalah merupakan tuntutan dari masyarakat terhadap individu untuk memberikan sumbangan sosial dari anggotanya dalam rangka menjaga keutuhan sosial dan meningkatkan kebaikan dalam masyarakat tersebut.
Peran sosial bisa berupa aktivitas individu dalam masyarakat dengan cara mengambil bagian dalam kegiatan yang ada di masyarakat dalam berbagai sektor, baik sosial, politik, ekonomi, keagamaan dan lain-lain. Pengambilan peran ini tergantung pada tuntutan masyarakat dan atau pada kemampuan individu bersangkutan serta kepekaannya dalam melihat keadaan masyarakatnya.
Pendiri dan Pengasuh pertama Pondok Pesantren Nurul Jadid Almarhum KH. Zaini Mun’im telah menggariskan beberapa hal mendasar yang harus dipunyai seorang santri dalam proses pendidikannya, dan selanjutnya diharapkan menjadi bekal yang berguna dalam kehidupan santri yang bersangkutan kelak di masyarakat. Dari rumusan KH. Zaini Mun’im ini kita dapat melihat sektor-sektor yang akan dapat menjadi arena pengabdian seorang santri di masyarakat. Kemampuan dasar ini diharapkan akan menjadi lengkap dalam rentang masa pendidikan seorang santri Pondok Pesantren Nurul Jadid. Hal mendasar tersebut disebut dengan Panca Kesadaran (الوعيات الخمس), yaitu:
1. Kesadaran Beragama (الوعي الديني)
2. Kesadaran Ilmiah (الوعي العلمي)
3. Kesadaran Bernegara dan Berbangsa (الوعي الحكومي والشعبي)
4. Kesadaran Bermasyarakat (الوعي الإجتماعي)
5. Kesadaran Berorganisasi (الوعي النظامي)
Panca Kesadaran ini adalah merupakan dasar dari seluruh proses belajar di Pondok Pesantren dan sekaligus merupakan tujuan dari seluruh proses tersebut. Panca Kesadaran ini meliputi seluruh aspek kehidupan dari seorang manusia, baik dalam dimensi vertikal dalam hubungan manusia dengan Sang Penciptanya, maupun dalam dimensi horizontal dalam hubungan antar sesama manusia serta lingkungannya.
Dalam aplikasinya Panca Kesadaran ini diharapkan mengejawantah dalam suatu sosok pribadi Muslim Mukmin yang bertakwa kepada Allah SWT., intelek, mandiri, peduli terhadap lingkungan sekitar, peka terhadap permasalahan yang terjadi di masyarakat, mampu memperbaiki keadaan dalam kerangka amar ma’ruf nahi mungkar dan mempunyai semangat perjuangan yang tinggi.
Apabila diurai ke dalam peran sosial di masyarakat maka panca kesadaran ini dapat dirinci ke dalam beberapa aksi sebagai berikut : pertama, kesadaran beragama adalah kesadaran seorang individu bahwa dirinya adalah merupakan hamba Allah yang berkewajiban menyembah dan mengagungkanNYA dalam ibadah-ibadah wajib dan sunnah. Seorang santri senantiasa tidak pernah melupakan kewajibannya sebagai hamba Allah dengan cara melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi laranganNYA.
Kedua, kesadaran ilmiah berarti seorang santri harus senantiasa memelihara semangat keilmiahan dengan senantiasa belajar dan menambah ilmu dengan berbagai cara dalam setiap kesempatan dan di berbagai tempat. Masa belajar seorang santri tidak berahir hanya karena dia telah keluar dari pesantren dan pulang ke masyarakat, tapi masa belajar tersebut terus berlangsung sepanjang hidupnya. Sedang ilmu yang dipelajari bisa berupa ilmu yang terdapat di kitab dan buku, bisa juga berupa ilmu kauniyah yang bisa dipetik dari keadaan sekelilingnya.
Ketiga, kesadaran berbangsa dan bernegara membuat seorang santri harus mengambil peran dalam percaturan politik dan kemasyarakatan. Seorang santri tidak boleh acuh dan tidak ambil peduli dengan perkembangan yang terjadi di masyarakatnya, tapi harus berusaha mengambil peran dengan cara yang sebaik-baiknya dan dengan mendahulukan akhlakul karimah. Pengambilan peran dalam kancah politik di masyarakat tidak berarti harus aktif dalam partai politik, tapi bisa berupa peran politik kelas tinggi dalam rangka membela kepentingan masyarakat dan menegakkan agama Allah.
Keempat, kesadaran bermasyarakat mendorong seorang santri aktif dalam masyarakatnya dalam bidang-bidang yang luas dengan tujuan untuk memberdayakan dan meningkatkan taraf hidup masyarakatnya. Sosok ideal seorang santri adalah seorang pengembang dan pembangun masyarakat (society developer) yang mampu membawa perubahan positif pada masyarakatnya.
Kelima, kesadaran berorganisasi adalah kesadaran yang didasarkan pada pemikiran bahwa manusia tidak bisa hidup sendiri dan mencukupi seluruh kebutuhannya sendiri. Manusia harus mengorganisasikan dirinya bersama orang lain untuk mencapai suatu tujuan yang diidamkan, baik tujuan ukhrawi maupun tujuan duniawi. Kelemahan utama ummat Islam yang membuatnya terpuruk adalah kelemahan dalam mengorganisasi diri mereka sendiri dalam meraih apa yang menjadi idaman bersama. Ummat Islam sering telah merasa cukup hanya dengan niat yang baik dan ihlas, dan kemudian melupakan pengorganisasian dan manajemen yang memadai. Kelemahan ini lebih tampak lagi dalam masyarakat pesantren dan yang berlatar belakang pesantren.
Untuk mencapai kondisi ideal seorang santri seperti disebutkan di atas dibutuhkan suatu upaya tak kenal lelah dari masing-masing individu sehingga bisa di hasilkan suatu seorang santri yang bisa menjawab tantangan yang mungkin muncul di masarakatnya. Usaha ini sebenarnya dapat di lakukan dengan mudah dalam sistem pendidikan pesantren yang integral. Karena sebenarnya kehidupan pesantren memang ditujukan untuk mendidik santri yang bisa menjawab segala tantangan di masyarakatnya.
Dalam rangka memainkan peran dalam masyarakat seorang santri tidak harus menjadi pemimpin atau merasa tidak bisa memainkan peran apabila tidak menjadi pemimpin. Peran sosial bisa dilakukan dalam posisi manapun seorang santri berada. Apabila keadaanya memang mengharuskan untuk berada di belakang maka dia harus bisa menerima kepemimpinan orang lain, akan tetapi apabila keadaannya mengharuskannya menjadi pemimpin maka dia harus berani mengambil posisi kepemimpinan dan memandangnya sebagai tugas dari Allah serta memainkan perannya sebagai khalifah Allah di bumiNYA.
Keterlibatan kiai dan santri dalam arena politik di Kabupaten Jember sebenarnya bukan fenomena baru, namun perkembangan moment politik menuntut peranan politik kiai dan santri berubah, khususnya menjelang pemilu 2009 nanti. Namun perkembangan politik yang berubah-ubah tersebut tidak lantas merubah sepenuhnya anggapan masyarakat Jember atas kiai dan santri. kharisma dan wibawa kiai masih tidak tergoyahkan. Hal tersebut dikarenakan corak keberagamaan masyarakat Jember masih kental dengan pola tradisionalis yang menganggap kiai dan santri mampu memimpin masyarakat dalam setiap urusan, baik urusan duniawi seperti urusan sosial, politik dan pemerintahan atapun urusanukhrowi seperti keberagamaan. Kondisi tersebut menjadikan posisi kiai dan santri memainkan peranan ganda dalam masyarakat. Oleh sebab itu, rumusan masalah ini difokuskan pada peranan kiai dan santri dalam politik praktis menjelang pemilu 2009 dan istrumen yang digunakan menjelang pemilu 2009.

Riset ini dilakukan di Kabupaten Jember dengan menggunakan penelitian kualitatif, bercorak deskriptif analitik dan menggunakan pendekatan fenomenologis dan sosilogi politik. Sedangkan tekhnik pengumpulan datanya melalui metode observasi dan interview. Subyek riset meliputi kalangan kiai, santri dan masyarakat. Pisau analisis menggunakan teori kekuasaan Max Weber.

Jember merupakan daerah agraris yang mengandalkan pertanian sebagai lahan utama perekonomiannya. Tingkat keberagamaan masyarakatnya yang bercorak Islam tradisionalis menjadikan kiai dan santri sebagai figur panutan masyarakat sehingga tidak heran jika dominasi kiai dan santri dalam setiap struktur kemasyarakan cukup menonjol, hal itu dapat dilihat dari keberagamaan, pendidikan, sosial kemasyarakatan, dan kalangan kiai dan santri mampu bermain di tingkat pemerintahan eksekutif dengan menjadi mediator kepada masyarakat dan bahkan mampu mendominasi pemerintahan legislatif dan mewaranai sistem kepartaiannya. Hal itu tidak terlepas dari faktor wibawa dan kharisma yang menjadi kekuatan utama sehingga keberadaannya cukup legitimit dan mempunyai jaringan yang kuat.

Hasil riset menunjukkan bahwa peran politik kiai dan santri menjelang pemilu di Kabupaten Jember berbentuk pertama, kiai sebagai legitimator partai politik dan santri sebagai pelaksananya, kedua kiai dan santri merupakan lumbung bagi partai politik untuk maksimalisasi perolehan suara. Peranan tersebut terlaksana karena kiai dan santri mempunyai kewibawaan dan kharisma yang kuat atas masyarakat dan tidak dapat goyah meski sering terjadi konflik yang tidak memihak kepada kalangan kiai dan santri. Hal itu karena kiai dan santri mampu memainkan instrumennya sebagai sokoguru di Jember dan mampu mempertahankan jaringan kekerabatan antar sesama pesantren, kiai dan santri serta dilakukannya doktrinisasi yang terus menerus atas masyarakat.

Minggu, 19 Juni 2011

proses hubungan manusia

SOsiologi Komunikasi
Proses Hubungan Manusia
    

Oleh:
Auliyasari Utami
Nur Hikmah Dewi
Pratomo Septiovan






Jurusan Ilmu Agama Islam
Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Jakarta
2010
Daftar Isi
BAB I
Pendahuluan……………………………………………………………………………i
BAB II
Pembahasan
Hakikat Manusia………………………………………………………………….............1
I.                   Proses Hubungan Antar Manusia…..…………………………………………….2
II.                Daya Tarik Manusia……………………………………………………………….2
III.             Karakteristik Hubungan………………………………………………...........4
IV.              Komunikasi Keluarga…………………………………………………………...5
BAB III
Penutup……………………………..………………………………………………………..6
Daftar Pustaka…………………………………………...…………………………….8
BAB I
Pendahuluan

Sebagai makhluk yang paling sempurna diantara makhluk ciptaan Tuhan yang lainnya, manusia diberi oleh Tuhan beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya yaitu akal dan daya nalar. Kemampuan manusia untuk berpikir dan bernalar itu dimungkinkan pada manusia karena ia memiliki susunan otak yang paling sempurna dibandingkan dengan otak berbagai jenis makhluk hidup lainnya.  Oleh karena itu, dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu terus berusaha untuk menambah dan mengumpulkan llmu pengetahuannya. Ilmu pengetahuan yang didapatkan adalah untuk memelihara bumi ini dari segala kerusakan, karena manusia diutus untuk menjadi khalifah di muka bumi ini. Manusia mendapatkan ilmu pengetahuan dari pengalaman yang didapatkannya ( empiris ) dan juga logika yang mereka miliki (rasional) dari pengalaman tersebut manusia terus-terusan mengolahnya dengan cara berpikir sehingga menghasilkan suatu ilmu pengetahuan.
Kemampuan manusia dalam mengembangkan pengetahuan tidak lepas dari kemampuan menalar. Manusia satu-satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan secara sungguh-sungguh.  Binatang juga mempunyai pengetahuan, namun pengetahuan ini terbatas hanya untuk kelangsungan hidupnya (survival).  Manusia mengembangkan pengetahuan bukan hanya sekadar  untuk kelangsungan hidup, tetapi dengan memikirkan hal-hal baru; manusia mengembangkan kebudayaan, manusia memberi makna pada kehidupan dan melakukan interaksi serta komunikasi, dengan kata lain semua itu pada hakikatnya menyimpulkan bahwa manusia mempunyai tujuan yang lebih tinggi dari sekadar kelangsungan hidupnya.
Dalam realitasnya ketika manusia melakukan sebuah interaksi , mereka melalui beberapa tahapan, mulai dari daya tarik yang dimiliki oleh pribadi manusia itu sendiri, kamudian beranjak pada karakteristik hubungan antar manusia hingga terbentuk sebuah komunikasi dalam lingkup yang terkecil dari masyarakat yakni keluarga. Makalah ini membahas hal-hal yang tersebut di atas, karena itu semua merupakan bagian dari proses hubungan antar manusia. Sehingga dapat diketahui apa saja hal-hal mendasar yang menjadi faktor dalam pembentukkan sebuah proses tersebut.



BAB II
Pembahasan

Hakikat Manusia
Manusia dalam lingkup sosiologi komunikasi merupakan objek dasar dalam kajian sosiologi komunikasi. Dua hasrat kuat dalam diri manusia yaitu; Pertama, keinginan / hasrat untuk bersama dengan manusia yang lain (aspek sosial). Kedua, keinginan / hasrat untuk menyatu dengan lingkungan alam.
Dick Hartoko, dalam bukunya Hubungan antara Manusia dan Kebudayaan menyebutkan bahwa hakikat manusia sesungguhnya terbagi menjadi beberapa bagian, di antaranya:  
a.       Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
b.      Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung-jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial.
c.       Mkahluk yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
d.      Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya
e.       Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati
f.       Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas.
g.      Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat.
h.      Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.



I.         Proses Hubungan Antar Manusia (HAM)
Ferdinand Tonnies : menyatakan bahwa manusia dalam bermasyarakat mempunyai dua jenis pergaulan yaitu; (1) Gemeinscaft, hal yang dialami oleh orang lain dirasakan sebagaimana terjadi pada dirinya olek karena pergaulannya yang sangat akrab. Sifatnya statis, pribadi, tidak rasional; (2) Gessellscaft, pergaulan yang mempertimbangkan untung dan ruginya sehingga anggota bebas keluar masuk dari kelompok tersebut.
Sedangkan HAM dalam arti luas :
-          Komunikasi Persuasif yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain secara tatap muka dalam segala situasi dan dalam semua bidang kehidupan, sehingga menimbulkan kebahagiaan dan kepuasaan hati pada kedua belah pihak.
-          Suksesnya seseorang dalam melaksanakan HAM karena ia berkomunikasi secara etis, ramah, sopan, menghargai, dan menghormati orang lain.
-          HAM ini dilakukan dimana saja —> di rumah, pasar, kampus, toko, dalam bis, kereta api, dan sebagainya.
-          Kesimpulan :Proses interaksi melibatkan perasaan, kata yg diucapkan dlm komunikasi, mencerminkan perasaan dan sikap, proses penyesuaian diri. Hubungan antar manusia secara luas mencoba menemukan, mengidentifikasi masalah dan membahas untuk mendapatkan pemecahan masalah.
Tujuan HAM
Tujuan dari HAM adalah memanfaatkan pengetahuan tentang faktor sosial dan psikologis dalam penyesuaian diri manusia sehingga terjadi keselarasan dan keserasian, dengan konflik seminimal mungkin. Selain itu, dapat memenuhi kebutuhan antara individu yang satu dengan yang lain; memperoleh pengetahuan dan informasi baru; menumbuhkan sikap kerjasama; menghilangkan sikap egois/paling benar; menghindari dari sikap stagnan karena “manusia adalah makhluk homo socius”; mengubah sikap dan perilaku diri sendiri dan orang lain serta memberikan bantuan.


II.      Daya Tarik Manusia
Dalam kehidupan tidak selalu satu manusia bisa berhubungan dengan manusia yang lainnya, karna hubungan antara manusia dipengaruhi oleh daya tarik atau rasa suka. Untuk menjelaskan daya tarik dalam hubungan manusia kita haruslah membahas berbagai macam hubungan.
a.  Kedekatan Geogafis (proksimitas)
Proksimitas atau kedekatan geografis merupakan faktor yang sangat menetukan kecendrungan dalam ketertarikan hubungan manusia, karna dalam jarak yang dekat membuka peluang untuk berhubungan lebih dekat satu sama lain. Dalam sebuah hubungan, proksimitas mempunyai pengaruh terhadap kelangsungan hubungan tersebut. Jika seseorang berteman dengan orang lain yang terletak cukup jauh maka hubungan tersebut terancam kelangsungannya. Proksimitas atau kedekatan geografis dapat meningkatkan rasa suka karena peluang untuk berkomunikasi yang tersedia cukup besar.
b.  Kemiripan (Similarity)
Faktor kemiripan juga mempunyai pengaruh terhadap daya tarik manusia dalam berhubungan. Sebagian orang mengangap kemiripan merupakan sesuatu yang melandasi dalam berhubungan, hal ini terlihat dalam keinginan bertemu dan berhubungan dengan orang lain yang memunyai minat yang sama.
Dalam penelitian buss(1985) mengenai pemilihan pasangan hidup dapat diungkap bahwa ada enam variabel yang mempengaruhi, diantaranya : kemiripan dalam usia, pendidikan,latar belakang etnik, ras, agama dan status sosio-ekonomi. Dalam beberapa teori dinyatakan bahwa semakin mirip pihak-pihak yang berkomunikasi maka komunikasi akan semakin efektif.
c.  Situasi
Selain kedekatan geografis dan kemiripan situasi juga merupakan suatu penentu dalam ketertarikan manusia dalam berhubungan. Berikut ini ada bebrapa situasi yang mempengaruhi ketertarikan dalam berhubungan, yakni:
·      Rasa suka timbal balik yang dipersepsi. Daya tarik untuk berhubungan dengan orang lain bisa timbul karena rasa suka yang timbul diperkuat oleh perasaan kita bahwa ia pun menyukai kita. Dalam sebuah hubungan jika kita mengetahui bahwa sesorang menyukai kita maka kita maka kita akan merasa senang karena kita merasa peningkatan dalam penghargaan diri. Jika yang terjadi adalah kebalikannya, kemungkinan kita tidak akan mau berhubungan dengannya karena kita merasa penurunan dalam penghargaan diri.


·      Perubahan dalam penghargaan diri (self-esteem)
Perubahan dalam tingkat penghargaan diri merupakan suatu yang mempengaruhi manusia dalam memilih teman.
·      Kecemasan
Menurut Schachter (1959) menemukan bahwa sebuah kecemasan bisa memotivasi seseorang untuk bergabung dengan orang lain yang mengetahui atau merasakan kecemasan yang sama. Perubahan dalam kriteria pemilihan teman dapat terbentuk karena sebuah kecemasan yang dialami.
·      Isolasi
Isolasi merupakan suatu hal yang sangat tidak menyenangkan akan tetapi isolasi dapat merubah standar dalam pemilihan teman. Hal ini dapat dilihat dalam penjara yang tidak ada peneguhan sosial membuata para narapidana mengenyampingkan standar-standar untuk memilih teman.
·      Kebutuhan-kebutuhan yang saling melengkapi
Setiap manusia dalam kehidupan pastilah mempunyai kebutuhan dan kepentingan. Dalam berhubungan manusia juga memperhatikan kebutuhannya, jika dalam sebuah hubungan pihak-pihak yang berhubungan merasa sama-sama puas maka mereka akan lebih gampang berkomunikasi.

II.   Karakteristik Hubungan
Dalam berhubungan orang akan cendrung memilih teman yang percaya kepadanya dan pengertian. Faktor-faktor yang sangat menentukan dalam kedekatan sebuah hubungan antara lain:
a.       Konteks
Kontek dalam sebuah hubungan mepunyai dua aspek yaitu : situasi dan lingkungan sosial psikologis dimana komunikasi itu berkembang. Sebuah penegasan dan dukungan merupakan bebrapa ukuran konteks sosial psikologis yang terpenting.
-          Penegasan (konfirmasi) dan diskonfirmasi
Dalam sebuah komunikasi, manusia bukan hanya melakukan sebuah pertukaran pesan. Dalam komunikasi juga terdapat unsur-unsur penegasan. Dalam penyampaian sebuah pesan, setiap orang memperliahatkan bagaimana mereka mempersepsi orang lain dan hubungan mereka, dan masing-masing pihak ingin menerima respon serupa.
-          Penyampaian pesan dalam komunikasi
Dengan sebuah penegasan mempunyai peran penting dalam pembentukan respon antar pihak yang berkomunikasi akan sebuah penghargaan diri.
-          Sikap mendukung dan sikap bertahan
Komunikasi antar manusia terdapat dua suasan yang akan terjadi, yaitu : iklim suportif (mendukung) da iklim defensif (bertahan) seperti yang telah diuraikan oleh Gibb (1961). Dari survey yang pernah dilakukan terungkap bahwa semakin meningkat kepercayaan, efisiensi dan ketepatan komunikasi juga meningkat. Kepercayaan akan menentukan sikap seseorang dalam komunikasi untuk melakukan sebuah sikap mendukung, sebaliknya kepercayaan tidak timbul maka siakap bertahanlah yang akan muncul.
b.      Waktu
Waktu juga merupakan suatu dimensi lain yang ikut membantu menandai sebuah hubungan. Perkembangan suatu hubungan dapat dipengaruhi oleh waktu karena pengetahuan kita tentang seseorang diperoleh secara perlahan. Seiring berjalannya waktu komitmen dan kepercayaan pun dapat terbentuk karena sudah saling mengenal lebih jauh antar pihak yang berkomunikasi. Dalam menandai hubungan antar manusia waktu sebaiknya diintegrasikan dengan dimensi-dimensi lain seperti kualitas waktu dan keinginan untuk menghabiskannya.
c.       Pemilikan bersama atas informasi
Informasi yang terdapat dalam sebuah komunikasi tidak selalu dimiliki secara bersama oleh pihak yang terlibat. Untuk menguraikan seberapa banyak informasi yang dimiliki secara bersama dapat dijelaskan dalam dua dimensi :
- Keluasan informasi yang menyangkut variabel-variabel dari informasi yang  disampaikan dalam komunikasi.
-Kedalaman yang dimaksudkan dengan keintiman informasi yang disampaikan.
d.  Kepercayaan
Keintiman dalam sebuah hubungan hendaklah didasari oleh sebuah kepercayaan agar pihak yang berhubunganan tidak merasa saling tereksploitasi.

IV.  Komunikasi keluarga
a.       Keluarga sebagai sebuah sistem.
Keluarga dipandang sebagai suatu sistem karena setiap anggota keluarga mempengaruhi anggota lainnya yang pada akhirnya ia pun dipengaruhi oleh anggota yang lain. Keluarga sebagai sebuah sistem jika dilihat dari reaksi terhadap perubahan terbagi atas dua tipe :
-  Keluarga tertutup; bagian-bagian dalam keluarga secara kaku atau diputuskan secara sekaligus terhadap sebuah perubahan. Sistim ini menutup informasi mengalir keluar atau informasi yang akan masuk.
- Keluarga dengan sistem terbuka; bagian-bagian dalam sistem ini saling berhubungan responsif dan sensitif satu sama lain dan memungkinkan informasi mengalir.
b.  Aturan-aturan komunikasi.
Keluarga sebagai suatu sistem adalah unit yang sangat unik. Disetiap keluarga mempunyai perangkat nilai dan penghargaan terhadap yang berbeda-beda. Setiap keluarga memiliki pedoman mengenai aturan-aturan komunikasi yang dapat dipahami yang bersifat unik dan terkadang harus diubah sesuai dengan perkembangan waktu.
b.    Tahapan perkembangan keluarga.
Sebuah keluarga mempunyai tiga tahap perkembangan, yaitu ;
-          Keluarga dengan anak pra sekolah
-          Keluarga dengan anak usia sekolah
-          Keluarga dengan anak remaja


BAB III
Penutup
Dari pembahasan yang telah dipaparkan, dapatlah ditarik sebuah kesimpulan bahwa sebuah proses hubungan manusia diawali dari hakikat manusia itu sendiri. Hal itu dikarenakan manusia pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yangtidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain. Ia butuh bersosialisasi sesamanya. Adanya proses hubungan manusia bertujuan untuk memanfaatkan pengetahuan tentang faktor sosial dan psikologis dalam penyesuaian diri manusia sehingga terjadi keselarasan dan keserasian, dengan konflik seminimal mungkin. Selain itu, dapat memenuhi kebutuhan antara individu yang satu dengan yang lain; memperoleh pengetahuan dan informasi baru; menumbuhkan sikap kerjasama.
Selain itu daya tarik yang telah diungkapkan di atas hendaknya juga menjadi sebuah motivasi dalam diri kita untuk dapat membangun dan mengokohkan interaksi sesama manusia, begitu pula dengan faktor-faktor pembentuknya. Adapula situasi yang kurang memungkinkan (kurang kondusif) dalam proses hubungan antar manusia hendaknya sebisa mungkin diminimalisir untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Sehingga pada puncaknya, ketika kita berhasil menguasai dalam sebuah komunikasi terapan dalam keluarga, maka outputnya adalah mengimplementasikannya sehingga konflik yang ada dapat terselesaikan.



Daftar Pustaka

Drs. Akhmad Mulyana M.Si, Sosiologi Komunikasi
Mulyana,Deddy. Ilmu Komunikasi:Suatu Pengantar, Remaja Rosdakarya, Bandung:  2005
Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, M.A. Ilmu Komunikasi :Teori & Praktek.
www. faisalarif.wordpress.com

proses hubungan manusia

SOsiologi Komunikasi
Proses Hubungan Manusia
    

Oleh:
Auliyasari Utami
Nur Hikmah Dewi
Pratomo Septiovan






Jurusan Ilmu Agama Islam
Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Jakarta
2010
Daftar Isi
BAB I
Pendahuluan……………………………………………………………………………i
BAB II
Pembahasan
Hakikat Manusia………………………………………………………………….............1
I.                   Proses Hubungan Antar Manusia…..…………………………………………….2
II.                Daya Tarik Manusia……………………………………………………………….2
III.             Karakteristik Hubungan………………………………………………...........4
IV.              Komunikasi Keluarga…………………………………………………………...5
BAB III
Penutup……………………………..………………………………………………………..6
Daftar Pustaka…………………………………………...…………………………….8
BAB I
Pendahuluan

Sebagai makhluk yang paling sempurna diantara makhluk ciptaan Tuhan yang lainnya, manusia diberi oleh Tuhan beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya yaitu akal dan daya nalar. Kemampuan manusia untuk berpikir dan bernalar itu dimungkinkan pada manusia karena ia memiliki susunan otak yang paling sempurna dibandingkan dengan otak berbagai jenis makhluk hidup lainnya.  Oleh karena itu, dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu terus berusaha untuk menambah dan mengumpulkan llmu pengetahuannya. Ilmu pengetahuan yang didapatkan adalah untuk memelihara bumi ini dari segala kerusakan, karena manusia diutus untuk menjadi khalifah di muka bumi ini. Manusia mendapatkan ilmu pengetahuan dari pengalaman yang didapatkannya ( empiris ) dan juga logika yang mereka miliki (rasional) dari pengalaman tersebut manusia terus-terusan mengolahnya dengan cara berpikir sehingga menghasilkan suatu ilmu pengetahuan.
Kemampuan manusia dalam mengembangkan pengetahuan tidak lepas dari kemampuan menalar. Manusia satu-satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan secara sungguh-sungguh.  Binatang juga mempunyai pengetahuan, namun pengetahuan ini terbatas hanya untuk kelangsungan hidupnya (survival).  Manusia mengembangkan pengetahuan bukan hanya sekadar  untuk kelangsungan hidup, tetapi dengan memikirkan hal-hal baru; manusia mengembangkan kebudayaan, manusia memberi makna pada kehidupan dan melakukan interaksi serta komunikasi, dengan kata lain semua itu pada hakikatnya menyimpulkan bahwa manusia mempunyai tujuan yang lebih tinggi dari sekadar kelangsungan hidupnya.
Dalam realitasnya ketika manusia melakukan sebuah interaksi , mereka melalui beberapa tahapan, mulai dari daya tarik yang dimiliki oleh pribadi manusia itu sendiri, kamudian beranjak pada karakteristik hubungan antar manusia hingga terbentuk sebuah komunikasi dalam lingkup yang terkecil dari masyarakat yakni keluarga. Makalah ini membahas hal-hal yang tersebut di atas, karena itu semua merupakan bagian dari proses hubungan antar manusia. Sehingga dapat diketahui apa saja hal-hal mendasar yang menjadi faktor dalam pembentukkan sebuah proses tersebut.



BAB II
Pembahasan

Hakikat Manusia
Manusia dalam lingkup sosiologi komunikasi merupakan objek dasar dalam kajian sosiologi komunikasi. Dua hasrat kuat dalam diri manusia yaitu; Pertama, keinginan / hasrat untuk bersama dengan manusia yang lain (aspek sosial). Kedua, keinginan / hasrat untuk menyatu dengan lingkungan alam.
Dick Hartoko, dalam bukunya Hubungan antara Manusia dan Kebudayaan menyebutkan bahwa hakikat manusia sesungguhnya terbagi menjadi beberapa bagian, di antaranya:  
a.       Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
b.      Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung-jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial.
c.       Mkahluk yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
d.      Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya
e.       Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati
f.       Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas.
g.      Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat.
h.      Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.



I.         Proses Hubungan Antar Manusia (HAM)
Ferdinand Tonnies : menyatakan bahwa manusia dalam bermasyarakat mempunyai dua jenis pergaulan yaitu; (1) Gemeinscaft, hal yang dialami oleh orang lain dirasakan sebagaimana terjadi pada dirinya olek karena pergaulannya yang sangat akrab. Sifatnya statis, pribadi, tidak rasional; (2) Gessellscaft, pergaulan yang mempertimbangkan untung dan ruginya sehingga anggota bebas keluar masuk dari kelompok tersebut.
Sedangkan HAM dalam arti luas :
-          Komunikasi Persuasif yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain secara tatap muka dalam segala situasi dan dalam semua bidang kehidupan, sehingga menimbulkan kebahagiaan dan kepuasaan hati pada kedua belah pihak.
-          Suksesnya seseorang dalam melaksanakan HAM karena ia berkomunikasi secara etis, ramah, sopan, menghargai, dan menghormati orang lain.
-          HAM ini dilakukan dimana saja —> di rumah, pasar, kampus, toko, dalam bis, kereta api, dan sebagainya.
-          Kesimpulan :Proses interaksi melibatkan perasaan, kata yg diucapkan dlm komunikasi, mencerminkan perasaan dan sikap, proses penyesuaian diri. Hubungan antar manusia secara luas mencoba menemukan, mengidentifikasi masalah dan membahas untuk mendapatkan pemecahan masalah.
Tujuan HAM
Tujuan dari HAM adalah memanfaatkan pengetahuan tentang faktor sosial dan psikologis dalam penyesuaian diri manusia sehingga terjadi keselarasan dan keserasian, dengan konflik seminimal mungkin. Selain itu, dapat memenuhi kebutuhan antara individu yang satu dengan yang lain; memperoleh pengetahuan dan informasi baru; menumbuhkan sikap kerjasama; menghilangkan sikap egois/paling benar; menghindari dari sikap stagnan karena “manusia adalah makhluk homo socius”; mengubah sikap dan perilaku diri sendiri dan orang lain serta memberikan bantuan.


II.      Daya Tarik Manusia
Dalam kehidupan tidak selalu satu manusia bisa berhubungan dengan manusia yang lainnya, karna hubungan antara manusia dipengaruhi oleh daya tarik atau rasa suka. Untuk menjelaskan daya tarik dalam hubungan manusia kita haruslah membahas berbagai macam hubungan.
a.  Kedekatan Geogafis (proksimitas)
Proksimitas atau kedekatan geografis merupakan faktor yang sangat menetukan kecendrungan dalam ketertarikan hubungan manusia, karna dalam jarak yang dekat membuka peluang untuk berhubungan lebih dekat satu sama lain. Dalam sebuah hubungan, proksimitas mempunyai pengaruh terhadap kelangsungan hubungan tersebut. Jika seseorang berteman dengan orang lain yang terletak cukup jauh maka hubungan tersebut terancam kelangsungannya. Proksimitas atau kedekatan geografis dapat meningkatkan rasa suka karena peluang untuk berkomunikasi yang tersedia cukup besar.
b.  Kemiripan (Similarity)
Faktor kemiripan juga mempunyai pengaruh terhadap daya tarik manusia dalam berhubungan. Sebagian orang mengangap kemiripan merupakan sesuatu yang melandasi dalam berhubungan, hal ini terlihat dalam keinginan bertemu dan berhubungan dengan orang lain yang memunyai minat yang sama.
Dalam penelitian buss(1985) mengenai pemilihan pasangan hidup dapat diungkap bahwa ada enam variabel yang mempengaruhi, diantaranya : kemiripan dalam usia, pendidikan,latar belakang etnik, ras, agama dan status sosio-ekonomi. Dalam beberapa teori dinyatakan bahwa semakin mirip pihak-pihak yang berkomunikasi maka komunikasi akan semakin efektif.
c.  Situasi
Selain kedekatan geografis dan kemiripan situasi juga merupakan suatu penentu dalam ketertarikan manusia dalam berhubungan. Berikut ini ada bebrapa situasi yang mempengaruhi ketertarikan dalam berhubungan, yakni:
·      Rasa suka timbal balik yang dipersepsi. Daya tarik untuk berhubungan dengan orang lain bisa timbul karena rasa suka yang timbul diperkuat oleh perasaan kita bahwa ia pun menyukai kita. Dalam sebuah hubungan jika kita mengetahui bahwa sesorang menyukai kita maka kita maka kita akan merasa senang karena kita merasa peningkatan dalam penghargaan diri. Jika yang terjadi adalah kebalikannya, kemungkinan kita tidak akan mau berhubungan dengannya karena kita merasa penurunan dalam penghargaan diri.


·      Perubahan dalam penghargaan diri (self-esteem)
Perubahan dalam tingkat penghargaan diri merupakan suatu yang mempengaruhi manusia dalam memilih teman.
·      Kecemasan
Menurut Schachter (1959) menemukan bahwa sebuah kecemasan bisa memotivasi seseorang untuk bergabung dengan orang lain yang mengetahui atau merasakan kecemasan yang sama. Perubahan dalam kriteria pemilihan teman dapat terbentuk karena sebuah kecemasan yang dialami.
·      Isolasi
Isolasi merupakan suatu hal yang sangat tidak menyenangkan akan tetapi isolasi dapat merubah standar dalam pemilihan teman. Hal ini dapat dilihat dalam penjara yang tidak ada peneguhan sosial membuata para narapidana mengenyampingkan standar-standar untuk memilih teman.
·      Kebutuhan-kebutuhan yang saling melengkapi
Setiap manusia dalam kehidupan pastilah mempunyai kebutuhan dan kepentingan. Dalam berhubungan manusia juga memperhatikan kebutuhannya, jika dalam sebuah hubungan pihak-pihak yang berhubungan merasa sama-sama puas maka mereka akan lebih gampang berkomunikasi.

II.   Karakteristik Hubungan
Dalam berhubungan orang akan cendrung memilih teman yang percaya kepadanya dan pengertian. Faktor-faktor yang sangat menentukan dalam kedekatan sebuah hubungan antara lain:
a.       Konteks
Kontek dalam sebuah hubungan mepunyai dua aspek yaitu : situasi dan lingkungan sosial psikologis dimana komunikasi itu berkembang. Sebuah penegasan dan dukungan merupakan bebrapa ukuran konteks sosial psikologis yang terpenting.
-          Penegasan (konfirmasi) dan diskonfirmasi
Dalam sebuah komunikasi, manusia bukan hanya melakukan sebuah pertukaran pesan. Dalam komunikasi juga terdapat unsur-unsur penegasan. Dalam penyampaian sebuah pesan, setiap orang memperliahatkan bagaimana mereka mempersepsi orang lain dan hubungan mereka, dan masing-masing pihak ingin menerima respon serupa.
-          Penyampaian pesan dalam komunikasi
Dengan sebuah penegasan mempunyai peran penting dalam pembentukan respon antar pihak yang berkomunikasi akan sebuah penghargaan diri.
-          Sikap mendukung dan sikap bertahan
Komunikasi antar manusia terdapat dua suasan yang akan terjadi, yaitu : iklim suportif (mendukung) da iklim defensif (bertahan) seperti yang telah diuraikan oleh Gibb (1961). Dari survey yang pernah dilakukan terungkap bahwa semakin meningkat kepercayaan, efisiensi dan ketepatan komunikasi juga meningkat. Kepercayaan akan menentukan sikap seseorang dalam komunikasi untuk melakukan sebuah sikap mendukung, sebaliknya kepercayaan tidak timbul maka siakap bertahanlah yang akan muncul.
b.      Waktu
Waktu juga merupakan suatu dimensi lain yang ikut membantu menandai sebuah hubungan. Perkembangan suatu hubungan dapat dipengaruhi oleh waktu karena pengetahuan kita tentang seseorang diperoleh secara perlahan. Seiring berjalannya waktu komitmen dan kepercayaan pun dapat terbentuk karena sudah saling mengenal lebih jauh antar pihak yang berkomunikasi. Dalam menandai hubungan antar manusia waktu sebaiknya diintegrasikan dengan dimensi-dimensi lain seperti kualitas waktu dan keinginan untuk menghabiskannya.
c.       Pemilikan bersama atas informasi
Informasi yang terdapat dalam sebuah komunikasi tidak selalu dimiliki secara bersama oleh pihak yang terlibat. Untuk menguraikan seberapa banyak informasi yang dimiliki secara bersama dapat dijelaskan dalam dua dimensi :
- Keluasan informasi yang menyangkut variabel-variabel dari informasi yang  disampaikan dalam komunikasi.
-Kedalaman yang dimaksudkan dengan keintiman informasi yang disampaikan.
d.  Kepercayaan
Keintiman dalam sebuah hubungan hendaklah didasari oleh sebuah kepercayaan agar pihak yang berhubunganan tidak merasa saling tereksploitasi.

IV.  Komunikasi keluarga
a.       Keluarga sebagai sebuah sistem.
Keluarga dipandang sebagai suatu sistem karena setiap anggota keluarga mempengaruhi anggota lainnya yang pada akhirnya ia pun dipengaruhi oleh anggota yang lain. Keluarga sebagai sebuah sistem jika dilihat dari reaksi terhadap perubahan terbagi atas dua tipe :
-  Keluarga tertutup; bagian-bagian dalam keluarga secara kaku atau diputuskan secara sekaligus terhadap sebuah perubahan. Sistim ini menutup informasi mengalir keluar atau informasi yang akan masuk.
- Keluarga dengan sistem terbuka; bagian-bagian dalam sistem ini saling berhubungan responsif dan sensitif satu sama lain dan memungkinkan informasi mengalir.
b.  Aturan-aturan komunikasi.
Keluarga sebagai suatu sistem adalah unit yang sangat unik. Disetiap keluarga mempunyai perangkat nilai dan penghargaan terhadap yang berbeda-beda. Setiap keluarga memiliki pedoman mengenai aturan-aturan komunikasi yang dapat dipahami yang bersifat unik dan terkadang harus diubah sesuai dengan perkembangan waktu.
b.    Tahapan perkembangan keluarga.
Sebuah keluarga mempunyai tiga tahap perkembangan, yaitu ;
-          Keluarga dengan anak pra sekolah
-          Keluarga dengan anak usia sekolah
-          Keluarga dengan anak remaja


BAB III
Penutup
Dari pembahasan yang telah dipaparkan, dapatlah ditarik sebuah kesimpulan bahwa sebuah proses hubungan manusia diawali dari hakikat manusia itu sendiri. Hal itu dikarenakan manusia pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yangtidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain. Ia butuh bersosialisasi sesamanya. Adanya proses hubungan manusia bertujuan untuk memanfaatkan pengetahuan tentang faktor sosial dan psikologis dalam penyesuaian diri manusia sehingga terjadi keselarasan dan keserasian, dengan konflik seminimal mungkin. Selain itu, dapat memenuhi kebutuhan antara individu yang satu dengan yang lain; memperoleh pengetahuan dan informasi baru; menumbuhkan sikap kerjasama.
Selain itu daya tarik yang telah diungkapkan di atas hendaknya juga menjadi sebuah motivasi dalam diri kita untuk dapat membangun dan mengokohkan interaksi sesama manusia, begitu pula dengan faktor-faktor pembentuknya. Adapula situasi yang kurang memungkinkan (kurang kondusif) dalam proses hubungan antar manusia hendaknya sebisa mungkin diminimalisir untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Sehingga pada puncaknya, ketika kita berhasil menguasai dalam sebuah komunikasi terapan dalam keluarga, maka outputnya adalah mengimplementasikannya sehingga konflik yang ada dapat terselesaikan.



Daftar Pustaka

Drs. Akhmad Mulyana M.Si, Sosiologi Komunikasi
Mulyana,Deddy. Ilmu Komunikasi:Suatu Pengantar, Remaja Rosdakarya, Bandung:  2005
Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, M.A. Ilmu Komunikasi :Teori & Praktek.
www. faisalarif.wordpress.com